Jul 20, 2007

Pidato Soekarno di PBB

JURNAL REPUBLIK
30 September 1960
Pidato Soekarno di PBB

Hari ini, Soekarno menyampaikan pidato politiknya yang klasik di depan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa di Lake Succes, New York. Dalam pidato selama sekira 45 menit yang dipenuhi gemuruh aplaus dan tempik sorak itu, Soekarno membacakan teks pidato yang ia juduli: To Build the World A New. Hubungan antara Indonesia dengan PBB, diwarnai priode pasang surut, mengikuti langgam politik Soekarno.

Dengan mengenakan seragam putih-putih, kopiah hitam, dan kacamata baca bertangkai hitam, Soekarno memulai pidatonya dengan sebuah narasi yang tak tercantum di dalam teks pidato yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari: “Berbicara di hadapan Anda semua, hati saya bergetar.”

Tetapi beberapa menit kemudian, retorika Soekarno ganti membikin seisi gedung PBB bergetar oleh sejumlah aplaus dan tepuk tangan. Dukungan berasal dari negara-negara dunia ketiga, yang menyambut dengan hangat setiap pernyataan Soekarno yang dianggap relevan mewakili sikap dan pandangan mereka terhadap lembaga PBB itu.

Soekarno memang memanfaatkan jatah pidatonya untuk mengkritik kegagalan PBB sebagai lembaga dunia dalam mengakomodasi kepentingan semua anggotanya tanpa pandang bulu.
Dengan nada tinggi, Seokarno mengguntur: “Kita menginginkan satu Dunia Baru penuh dengan perdamaian den kesejahteraan, satu Dunia Baru tanpa imperialisme dan kolonialisme dan exploitation de l'homme par l'homme et de nation par nation.”

Bagi Soekarno, misi membangun Dunia Baru tak mungkin dipikulkan pada PBB, jika PBB sama sekali enggan memperbaiki diri dari sejumlah kekeliruannya. Kala PBB didirikan belum banyak bangsa di Asia yang merdeka. Kini, kata Soekarno, dunia sudah berubah dengan munculnya the new emerging forces—kekuatan baru dunia ketiga. Karena itu, struktur PBB perlu dirombak. Markas PBB juga mesti dipindahkan dari New York ke negara yang tak terpengaruh dua blok AS dan Uni Soviet yang tengah melancarkan perang dingin. Hak veto pada segelintir anggota elit PBB, yang hingga kini masih terus dipersoalkan, juga dituntut Soekarno untuk dicabut demi keadilan dan persamaan.

PBB mesti memperbaiki dirinya secara radikal. Badan ini , kata Soekarno lagi, “hanya dapat menjadi efektif bila mengikuti jalannya sejarah dan tidak mencoba untuk membendung atau mengalihkan ataupun menghambat jalannya sejarah.”

Dan bagi Soekarno, sejarah sedang bergerak ke arah yang tidak menguntungkan bagi neokolonialisme dan neoimperialisme. Mengikuti laju sejarah, dengan demikian, sama dengan mendorong laju sejarah itu lewat upaya melawan dan menentang neokolonialisme dan neoimperialisme secara sungguh-sungguh.

Dan Soekarno konsisten benar dengan apa yang ia yakini. Empat tahun kemudian, ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Soekarno meradang. Bagi Soekarno, Malaysia adalah penjelmaan langsung dari neokolonialisme, dalam hal ini Britania Raya. Soekarno mengambil langkah politik dramatis: Indonesia keluar sebagai anggota PBB pada 7 Januari 1965!

Gema usulan Soekarno pada pidato saat itu, masih dapat ditelusuri jejaknya dalam perdebatan-perdebatan di PBB saat ini. Upaya untuk melakukan perubahan fungsi kelembagaan serta isu pembentukan tatanan dunia baru paska perang dingin, merupakan poin yang kini menjadi agenda utama lembaga dunia ini.

Taufik Rahzen

6 comments:

Indra Prabowo said...

Hidup BK!!!

Radix said...

wah keren banget...

numpang sharing sama yang laen ya...

Indra Setya Rustam said...

saya suka ini

Anonymous said...

Suhguh cerdas putra bangsa Indonesia!!, perjuangan yg didasari oleh keinginan suci akan slalu menjadi suri toladan sepanjang waktu

Anonymous said...

Suhguh cerdas putra bangsa Indonesia!!, perjuangan yg didasari oleh keinginan suci akan slalu menjadi suri toladan sepanjang waktu

arda dwi rahayu said...

masih adakah sosok secerdas, setangguh, seberani soekarno di negeri ini???

zonaksi.blogspot.com